Penggunaan frekuensi 2,6 GHz sebelumnya juga telah melewati tahap konsultasi publik. Pita mid-band ini dikenal memiliki kapasitas besar dengan total bandwidth sekitar 190 MHz.
Keunggulan lainnya, spektrum 2,6 GHz berbasis Time Division Duplex (TDD) sudah didukung oleh ekosistem perangkat 4G dan 5G yang sangat luas, bahkan menjadi salah satu yang terbesar kedua di dunia. Hal ini membuatnya cukup ideal untuk mendorong kualitas jaringan generasi terbaru di Indonesia.
Di sisi lain, meskipun teknologi 5G mulai diperkenalkan sejak pertengahan 2021, cakupan jaringannya hingga kini masih terbatas dan belum mencapai 10%.
Banyak pengguna masih mengandalkan layanan 4G, sehingga spektrum yang tersedia harus dibagi dan membuat operator belum mampu mengalokasikan satu pita khusus untuk 5G. Kondisi inilah yang membuat kapasitas jaringan belum optimal.
Untuk mempercepat pemerataan akses dan menghadirkan internet yang lebih terjangkau, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kini menyiapkan kebijakan baru.
Salah satu langkah strategisnya adalah membuka lelang frekuensi 2,6 GHz yang diharapkan bisa memperluas pemanfaatan spektrum bagi operator. Langkah ini dianggap penting untuk meningkatkan kualitas konektivitas nasional, khususnya dalam mendukung layanan 5G yang lebih stabil.

Direktur Kebijakan dan Strategi Infrastruktur Digital Komdigi, Denny Setiawan, menyampaikan bahwa persiapan lelang sedang diusahakan untuk bisa dimulai tahun ini. Menurutnya, prosesnya terus dikebut agar hasilnya dapat diumumkan pada awal tahun depan. Ia berharap percepatan lelang ini dapat menjadi dorongan besar bagi perkembangan infrastruktur digital tanah air.
Agar layanan 5G benar-benar optimal, setidaknya dibutuhkan lebar pita sebesar 100 MHz. Dengan ketersediaan spektrum yang masih terbatas, operator belum sanggup menyediakan pita selebar itu secara eksklusif.
Karena itu, kebijakan baru dari Komdigi diharapkan menjadi solusi untuk memperkuat jaringan sekaligus mempermudah masyarakat mendapatkan akses internet cepat dengan harga yang lebih bersahabat.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, sebelumnya sudah memberi sinyal bahwa pemerintah akan segera membuka lelang spektrum 2,6 GHz. Dalam sebuah acara di Jakarta Pusat, ia menyebut bahwa proses lelang ini ditargetkan mulai dikejar menjelang akhir tahun sebagai bagian dari percepatan pembangunan jaringan 5G di Indonesia.
Meutya juga menjelaskan bahwa meskipun seleksinya digelar di penghujung tahun, penyelesaian seluruh rangkaiannya kemungkinan baru akan tuntas pada tahun depan. Ia berharap, ketika proses lelang rampung, pembangunan jaringan 5G di frekuensi 2,6 GHz bisa langsung dimulai dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat pada tahun yang sama.
Di sisi lain, isu mengenai insentif untuk operator pun turut disinggung. Denny menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan upaya untuk mengusulkan skema insentif tersebut kepada Kementerian Keuangan serta auditor dari BPKP. Menurutnya, langkah ini penting agar proses pengembangan jaringan berjalan sesuai rencana.
Meski begitu, Denny belum memberikan detail mengenai bentuk insentif yang akan diberikan. Ia hanya memberi gambaran bahwa skema tersebut kemungkinan tidak akan berbiaya tinggi, namun tetap mengharuskan operator yang memenangkan lelang untuk menjalankan komitmen pembangunan jaringan sebagaimana mestinya.







