Banyak dari kita tanpa sadar membiarkan charger ponsel tetap tercolok di stop kontak, bahkan saat sedang tidak digunakan. Kebiasaan ini sering dianggap sepele, padahal bisa saja menyimpan risiko tersembunyi yang tidak disadari. Pertanyaannya, adakah dampak negatif atau biaya tambahan yang muncul dari kebiasaan tersebut?
Di era digital seperti sekarang, kita hidup berdampingan dengan beragam perangkat elektronik yang dapat diisi ulang dayanya. Mulai dari smartphone, laptop, headphone nirkabel, smartwatch, hingga sepeda listrik, semuanya membutuhkan charger untuk tetap menyala dan berfungsi optimal.
Meskipun fungsinya serupa, tidak semua charger dibuat dengan cara yang sama. Beberapa memiliki desain internal yang cukup rumit tergantung pada kebutuhan daya dan jenis perangkat yang diisi.
Namun pada dasarnya, hampir semua charger bekerja dengan mengubah arus listrik AC (arus bolak-balik) dari sumber listrik menjadi arus DC (arus searah) dengan tegangan yang lebih rendah agar aman digunakan untuk mengisi daya baterai.
Charger Mengkonsumsi Daya
Tak hanya saat mengisi baterai, charger juga bisa mengonsumsi listrik meskipun tidak sedang digunakan. Ketika masih terhubung ke stopkontak, perangkat ini tetap menarik sedikit energi untuk mempertahankan sistem internalnya tetap aktif, seperti rangkaian perlindungan dan kontrol.
Fenomena ini dikenal sebagai daya siaga atau daya vampir—karena diam-diam menguras energi tanpa disadari. Pada charger berukuran kecil, konsumsi daya ini memang terlihat sepele. Namun, jika dikalikan dengan jumlah charger yang tersebar di rumah, dalam jangka panjang bisa menyebabkan pemborosan listrik yang lumayan besar.
Perlu anda tahu, bukan hanya pengisi daya ponsel yang memiliki efek daya siaga. Beberapa perangkat elektronik lain seperti televisi, konsol game, hingga speaker pintar juga melakukan hal yang sama ketika dibiarkan dalam kondisi standby. Jumlah energi yang tersedot bisa mencapai beberapa kilowatt jam dalam setahun, tergantung seberapa banyak perangkat yang selalu terhubung ke listrik.
Untungnya, banyak charger keluaran terbaru sudah dirancang lebih efisien. Mereka biasanya dilengkapi fitur manajemen daya cerdas yang membuatnya masuk ke mode tidur otomatis saat tidak digunakan. Teknologi ini membantu mengurangi pemborosan daya secara signifikan dan tentu lebih ramah lingkungan.
Agar lebih hemat listrik, sebaiknya cabut charger dari stopkontak jika tidak sedang digunakan. Tindakan sederhana ini tidak hanya membantu mengurangi tagihan listrik, tetapi juga bisa memperpanjang usia perangkat charger itu sendiri.
Bahaya Lainnya
Meskipun banyak pengisi daya modern dirancang dengan sistem keamanan dan efisiensi yang baik, tidak ada salahnya untuk mencabutnya dari stopkontak saat tidak digunakan. Hal ini bukan hanya menghemat listrik, tapi juga membantu memperpanjang umur perangkat tersebut.
Tanda-tanda seperti charger terasa panas berlebih, mengeluarkan suara mendesis, atau mengalami kerusakan fisik adalah sinyal kuat bahwa Anda sebaiknya segera menggantinya.
Di sisi lain, charger yang tidak memiliki sertifikasi resmi atau berasal dari produsen abal-abal berisiko besar terhadap keselamatan. Produk semacam ini umumnya tidak dilengkapi dengan sistem proteksi arus atau tegangan berlebih, sehingga lebih mudah rusak ketika terjadi lonjakan listrik. Bahkan, risiko seperti korsleting hingga kebakaran bisa muncul jika perangkat ini terus dibiarkan terpasang.
Lonjakan tegangan yang kerap terjadi di jaringan listrik menjadi salah satu penyebab utama ausnya komponen dalam charger. Tegangan yang tidak stabil ini dapat merusak sirkuit internal secara perlahan. Akibatnya, charger mengalami penuaan dini dan tidak lagi bekerja secara optimal dalam jangka panjang.
Karena itu, menjaga kualitas pengisi daya bukan hanya soal kepraktisan, tapi juga tentang keamanan. Menggunakan charger berkualitas, bersertifikasi resmi, dan mencabutnya saat tak digunakan bisa jadi langkah sederhana namun efektif untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan di kemudian hari.