Jawaban Polri Atas Penggunaan Gas Air Mata yang Jelas Dilarang FIFA

Kanjuruhan berduka, ratusan korban tergeletak tak bernyawa jadi sorotan dunia. Tragedi yang memilukan tersebut terjadi langsung di Stadion Kanjuruhan, Kota Malang Jawa Timur.

Nasib AREMA FC kini jadi perbincangan, namun apa kabar dengan korban yang kini meninggal?

AREMA FC merupakan klub sepak bola asal Malang, dimana pada pertandingannya vs PERSEBAYA yang berlangsung di kota Malang tersebut tanpa di sangka terjadi sebuah tragedi. Momen yang di anggap ricuh tersebut terjadi pasca tuan rumah kalah skor atas tamu dengan perolehan 2 (Arema) dan 3 (Persebaya).

Berawal dari salah seorang supporter Arema yang di juluki Aremania turun ke lapangan. Hal itu jadi sorotan dan mengundang beberapa supporter yang akhirnya turun juga. Dikejadian tersebut spontan Polisi maupun TNI berupaya mengamankan kondisi agar tetap kondusif.

Namun sayang, pada pertandingan ini petugas menembakkan gas air mata guna menghentikan kericuhan tersebut. Tapi siapa sangka, hal itu yang akhirnya menimbulkan kepanikan di lokasi terutama di tribun.

Berdasarkan kabar yang banyak beredar di media sosial seperti Instagram dan TikTok, gas air mata di tembakkan bukan hanya di lapangan saja yang mana beberapa supporter turun. Akan tetapi di tribun sendiri juga terkena lemparan gas air mata yang mengakibatkan kepanikan terjadi hingga desak-desakan tak terbendung.

Akibatnya banyak korban berjatuhan mulai dari anak kecil hingga orang dewasa yang sangat disayangkan sekali. Peristiwa ini pun menimbulkan pro dan kontra tentang siapa yang benar dan salah.

Sebagian orang menilai bahwa tindakan para petugas sangat berlebihan karena memicu tewasnya ratusan supporter Arema yang di duga panik akibat gas air mata hingga menyebabkan desak-desakan keluar pada kondisi pintu kecil yang diserbu banyak orang untuk berebut keluar.

Disamping itu korban yang meninggal lantaran sesak nafas juga akibat gas air mata yang di lontarkan.

Namun disamping itu ada beberapa yang membenarkan tindakan aparat dengan ungkapan, “Tak ada asap jika tak ada api”. Sementara bagaimana menanggapi pro dan kontra tersebut tentang gas air mata yang sebenarnya pihak FIFA sendiri telah MELARANG penggunaan gas air mata untuk pengamanan di stadion? Begini alasan polisi!

BACA JUGA  Cuma Nonton Drakor Bisa Dibayar Uang Lewat Gopay, Begini Caranya!

Alasan Polisi Menggunakan Gas Air Mata

Disampaikan oleh Kapolda Jatim Irjen Nico Afianta yang menjelaskan alasan anggotanya menggunakan gas air mata adalah untuk mengendalikan supporter Arema FC yang turun ke lapangan lantaran merasa kecewa usai timnya kalah. Nico juga menyebutkan bahwa suporter Arema telah bertindak anarkis dengan menyerang petugas hingga merusak fasilitas dan stadion. Parahnya bahkan mereka berusaha mencari para pemain dan official Arema FC.

“Oleh karenanya pihak pengamanan melakukan langkah sebagai upaya pencegah dan melakukan pengalihan agar mereka tak bisa masuk ke dalam lapangan terlebih mengincar para pemain”, ujar Nico dalam acara konferensi pers di Polres Malang, pada Minggu (02/10).

“Dalam proses untuk melakukan pencegahan sampai akhirnya dilakukannya (penembakan) gas air mata, hal itu lantaran supporter sudah anarkis, menyerang petugas, merusak mobil dan akhirnya kena gas air mata,” imbuhnya.

Usai polisi menembakkan gas air mata, para supporter berhamburan ke satu titik untuk keluar stadion. Sehingga disaat-saat itulah terjadi penumpukkan supporter hingga kekurangan oksigen. Korban yang meninggal dunia bukan hanya anak-anak kecil maupun pria dewasa tetapi perempuan juga ada.