Bunda Wajib Tau, Ini Penyebab Anak Tidak Mendengarkan Perkataan Orang Tua

Menjadi seorang ibu bukan persoalan mudah, terutama dalam mendidik atau merawat anak. Hal yang sama seringkali di alami oleh seorang ibu.

Sungguh suatu tantangan besar bagi setiap orang tua ketika anak sudah beranjak remaja. Padalnya di fase seperti itu makin tidak mudah mengasuh anak, harus sabar dan telaten serta tetap penuh kasih sayang.

Anak menginjak remaja, dikebanyakan pengalaman yang di alami para orangtua cenderung susah di atur. Bahkan parahnya tidak mengindahkan perkataan orangtuanya. Tentu saja hal ini membuat kebanyakan orangtua panik. Mungkin seorang ayah yang seringkali sibuknya kerja tidak sepenuhnya tahu, namun seorang ibu yang seharian penuh dirumah merawat anaklah yang makin di pusingkan.

Tak jarang banyak para ibu yang tersulut emosi, dan membuatnya kehabisan akal. Sedikit banyak ada yang bertanya-tanya kenapa anaknya seperti itu. Namun sebagian juga merasa biasa-biasa saja. Sebetulnya hal yang wajar jika seorang ibu mempertanyakan soal ini.

Tidak menyenangkan. Pasti! Hal itu memang bukan sesuatu yang menyenangkan. Ternyata memang ada faktor ilmiah dibalik perilaku anak yang demikian lho.

Faktor-faktor pemicunya seperti yang diungkap beberapa penelitian dari hasil penelitian mereka yang memang berhasil dilakukan terkait perubahan psikis dan otak anak saat remaja. Berikut dapat anda simak dan pahami.

Faktor Pemicu Perubahan Psikis Anak Menginjak Remaja

 

Proses Pemisahan dari Keluarga dan Diri sendiri

Saat menginjak remaja, anak akan mengalami proses pemisahan individualitas dan hal ini merupakan bagian yang alami dan normal ya mom. Proses inilah yang kemudian melibatkan pemisahan dari keluarga asal dan masa kanak-kanak untuk mengetahui siapakah sosoknya dan kemudian menjadi diri sendiri.

Didalam mencari kemandirian, seorang anak yang beranjak remaja semakin menarik diri dari keluarga dan tertarik pada teman sebayanya untuk bergaul. Inilah yang seringkali memancing amarah serta kekesalan orangtua sehingga menjadi konflik.

BACA JUGA  Batu Bisa Jadi Penahan Sakit Perut Ketika Ingin BAB, Mitos atau Fakta?

Dalam fase ini ada pemisahan individualitas anak yang melibatkan sejumlah percobaan, pengambilan risiko, serta memberontak langsung maupun tidak langsung. Hal ini juga termasuk tak mau menghiraukan perkataan dari mulut orangtua.

Sementara pada studi terbaru yakni dari Stanford School of Medicine, menunjukkan dasar neurobiologis untuk perilaku anak yang satu ini. Dalam Journal yang diterbitkan yakni berjudul Journal of Neuroscience, study perguruan tinggi tersebut memanfaatkan alat pemindaian tubuh, yaitu MRI.

Dimaksudkan hal tersebut dengan tujuan yakni memberikan penjelasan neurobiologis terperinci tentang bagaimana anak yang mencapai fase remaja mulai berpisah dari orangtuanya. Hasilnya, didapati mulai sekitar usia 13 tahun yang mana otak anak pada kebanyakan fakta kurang mendengarkan suara orangtuanya, terutama ibu.

Kondisi ini dikarenakan, fase remaja mendorong anak untuk lebih banyak mendengarkan suara-suara baru dan melihat hal-hal baru. Sedangkan pada anak usia 12 tahun, seperti yang ditemukan studi sebelumnya oleh peneliti yang sama, otak anak menilai suara ibunya sebagai sesuatu yang cukup unik.

Namun seperti yang ditunjukkan oleh penelitian terbaru ini, suara orangtua itu justru tak berdampak banyak. Studi baru-baru ini yang telah dihelat melibatkan remaja berusia 13-16,5 tahun yang semuanya ber-IQ minimal 80 dan dibesarkan oleh ibu kandung.

Kemudian responden lantas diskrining untuk melihat setiap gangguan neurologis, psikiatri, atau juga gangguan belajar. Lalu ditunjukkan hasil adanya pergeseran neurobiologis ke arah suara yang berbeda pada anak berusia 13-14 tahun. Studi juga ditemukan bahwa perubahan juga berlaku sama pada anak laki-laki.

Temuan studi lain, seiring bertambahnya usia ada respon terhadap suara-suara baru di pusat penghargaan otak yang meningkat. Bagian otak tersebut adalah striatum, yang berfungsi menghasilkan perasaan penghargaan atau kesenangan.

Anak Lebih Menyukai Suara Baru

Perlu mom tahu, bahwa saat anak sudah remaja sebenarnya tidak mereka sadari bahwa dirinya lebih memperhatikan suara-suara asing.

 

Di sisi lain, mereka hanya ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman-temannya. Layaknya sebuah proses adaptasi pada bayi dengan suara ibu untuk bertahan hidup, anak dalam perkembangannya tertarik pada suara yang berbeda dari orangtuanya.

BACA JUGA  4 Twibbon Hari Raya Idul Fitri 2022 Untuk Ramaikan Lebaran Bersama Keluarga

Maka disitulah lama-kelamaan anak segera bergerak menuju perpisahan dan individualitas dari dirinya yang dinamakan proses.

Jadi, dengan kedua hal penyebab anak tak lagi mendengarkan orangtuanya ketika remaja bukan sesuatu yang salah. Ini adalah bentu proses suatu perkembangan dan adaptasi dirinya pada hal atau lingkungan baru.

Justru akan salah jika orangtua terus mengekang anak untuk selalu menuruti kemauan orangtuanya. Biarkan mereka mengenal suara-suara baru, sebab mendidik anak tidak selalu harus tentang soal patuh.

Lalu bagaimana sih tips mendidik anak saat menginjak remaja?

Tips Mendidik Anak Ketika Menginjak Remaja

Orangtua Harus Menjadi Teman

Di fase ini, anak ketika menginjak remaja adalah proses yang banyak mengundang kekesalan orangtua. Tapi jangan pakai kekerasan dan emosi. Biarkan mereka beradaptasi dan otak berkreasi, mengenal hal baru, lingkungan baru dan suara baru.

 

Tips yang bisa dilakukan, orangtua harus bisa menjadi teman bagi anak. Tidak melulu tentang peran sebagai orangtua yang justru bisa membuat mereka merasa takut, terkekang dan akhirnya berontak. Menjadi teman, disaat waktu luang agar anak mampu berbagi tentang apa yang ingin diketahuinya lebih jelas.

Nah, disitulah peran orangtua meluruskan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak.