Pasar smartphone dunia menunjukkan tren positif pada kuartal ketiga tahun 2025, dengan total pengiriman perangkat mencapai sekitar 320,1 juta unit. Angka ini menandai pertumbuhan sebesar 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencerminkan mulai pulihnya permintaan global setelah sempat lesu dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan terbaru dari firma riset Omdia, peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh melonjaknya permintaan terhadap ponsel dengan harga terjangkau, khususnya yang dibanderol di bawah 100 dolar AS atau sekitar Rp1,6 juta.
Produk-produk di segmen ini kini semakin diminati karena menawarkan kombinasi ideal antara harga murah dan fitur yang semakin lengkap, menjadikannya pilihan menarik bagi konsumen di pasar berkembang.
Menariknya, pertumbuhan tertinggi pasar smartphone murah terlihat di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika, di mana konsumen lebih cenderung memilih perangkat dengan nilai terbaik di kelasnya. Omdia mencatat, kontribusi dari wilayah-wilayah ini cukup besar terhadap peningkatan total pengiriman smartphone secara global.
Namun, dinamika pasar tidak berhenti di situ. Permintaan untuk smartphone premium dengan harga di atas 700 dolar AS (sekitar Rp11,3 juta) juga mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen kelas menengah ke atas masih memiliki daya beli tinggi dan mencari pengalaman terbaik dari sisi teknologi maupun performa. Sebaliknya, segmen menengah di kisaran 200–300 dolar AS justru mengalami perlambatan karena persaingan yang semakin ketat dan kurangnya inovasi yang signifikan di kelas tersebut.
Samsung Masih Jadi Raja
Samsung kembali membuktikan dominasinya di pasar smartphone global. Pada kuartal ketiga tahun 2025, perusahaan asal Korea Selatan ini berhasil mengirimkan sekitar 60,6 juta unit ponsel, meningkat sekitar 6 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pencapaian tersebut membuat Samsung menguasai 19 persen pangsa pasar smartphone dunia, mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar global.

Keberhasilan Samsung tidak datang begitu saja. Laporan dari Omdia menyebutkan bahwa lonjakan pengiriman ini didorong oleh kombinasi produk kelas atas dan entry-level. Di segmen premium, Galaxy Z Fold 7 dan Z Flip 7 masih menjadi daya tarik utama bagi konsumen yang mencari inovasi dan teknologi layar lipat.
Sementara itu, di segmen smartphone murah, Galaxy A07 dan A17 menjadi penyumbang besar berkat penjualan yang sangat kuat di pasar berkembang.
Menariknya, model Galaxy seri A inilah yang berperan penting dalam mempertahankan volume penjualan tinggi di segmen harga terjangkau. Strategi Samsung yang menyeimbangkan antara ponsel flagship dan produk ekonomis terbukti efektif dalam memperkuat posisinya di berbagai lapisan pasar.
Sementara Samsung tetap di puncak, Apple menempati posisi kedua dengan total pengiriman 56,5 juta unit dan pangsa pasar 18 persen. Pencapaian ini didorong oleh penjualan iPhone 17 Series yang terus diminati pengguna kelas atas di berbagai negara.
Di urutan berikutnya, Xiaomi menempati posisi ketiga dengan 43,4 juta unit atau 14 persen pangsa pasar, menunjukkan stabilitas yang cukup kuat di segmen menengah.
Kemudian, di bawahnya ada Transsion Holdings—induk merek Infinix, Itel, dan Tecno—yang mencatatkan 28,6 juta unit (9 persen). Posisi kelima ditempati oleh Vivo, yang tidak jauh berbeda dengan Transsion, mengirimkan 28,5 juta unit dan juga meraih pangsa pasar 9 persen.
Secara keseluruhan, dominasi Samsung pada kuartal ini memperlihatkan bahwa strategi mereka dalam menghadirkan inovasi sekaligus produk yang terjangkau masih menjadi kunci sukses di tengah ketatnya persaingan pasar global.
Transsion berhasil mencatatkan pertumbuhan paling tinggi di antara lima besar merek smartphone global dengan peningkatan sebesar 12 persen secara tahunan (YoY).
Kinerja positif ini tak lepas dari lonjakan permintaan di berbagai pasar negara berkembang, khususnya di kawasan Afrika, Asia Selatan, dan sebagian wilayah Asia Tenggara yang masih didominasi oleh kebutuhan akan ponsel dengan harga terjangkau.
Namun, di balik tren positif tersebut, lembaga riset Omdia memberikan catatan penting. Mereka memprediksi bahwa harga rata-rata smartphone secara global akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Kondisi ini bisa menjadi tantangan bagi segmen entry-level, yang selama ini menjadi penggerak utama pasar di negara-negara berkembang. Jika harga terus naik, potensi perlambatan permintaan pada segmen ponsel murah bisa saja terjadi.
Sementara itu, laporan terbaru Omdia juga mengungkapkan daftar lima merek smartphone terlaris di dunia pada kuartal III tahun 2025. Posisi pertama ditempati oleh Samsung dengan penjualan mencapai 60,6 juta unit dan pangsa pasar 19 persen, mengalami pertumbuhan 6 persen secara tahunan.
Di urutan kedua ada Apple dengan 56,5 juta unit (pangsa pasar 18 persen, naik 4 persen YoY), diikuti Xiaomi di posisi ketiga dengan 43,4 juta unit (pangsa pasar 14 persen, naik 1 persen YoY).
Kemudian di posisi keempat ada Transsion, yang mencatat penjualan 28,6 juta unit dengan pangsa pasar 9 persen serta pertumbuhan 12 persen YoY — tertinggi di antara semuanya. Di bawahnya, Vivo menutup daftar lima besar dengan 28,5 juta unit terjual dan pertumbuhan 5 persen YoY.
Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa pasar smartphone global masih terus dinamis, meski dihadapkan pada tantangan harga dan daya beli konsumen yang beragam di setiap kawasan. Permintaan terhadap perangkat terjangkau di negara berkembang tetap menjadi faktor kunci yang menentukan arah pertumbuhan industri dalam beberapa tahun mendatang.








