Tak bisa dipungkiri, jika pengguna HP Android di seluruh dunia ini memang masih lebih unggul dibandingkan perangkat iPhone. Tentu hal ini tidak terlepas dari banyaknya varian smartphone tersebut yang diproduksi berbagai perusahaan, serta harganya masih sangat terjangkau dipasaran dibandingkan perangkat milik perusahaan Apple tersebut.
Meskipun memiliki harga yang lebih ‘murah’, akan tetapi HP Android ini sangat rentan terhadap malware. Malware ini sendiri merupakan program jahat yang kerap kali ditemukan pada aplikasi android, khususnya bagi mereka yang kerap kali menginstallnya dari luar toko aplikasi resmi yang dimiliki oleh Google yaitu Play Store.
Nah kemampuan untuk bisa memasang aplikasi dari luar Play Store atau biasa disebut dengan sideloading inilah yang disebut oleh CEO Apple yakni Tim Cook menjadi kelemahan besar dari HP Android tersebut. Karena hal itu, membuat smartphone yang berbasis android ini memiliki malware yang lebih banyak jika dibandingkan iOS.
Dalam sebuah wawancara, Cook mengatakan jika HP Android ini memiliki malware 47 kali lebih banyak dibandingkan dengan perangkat iPhone. Hal itu karena perangkat iPhone ini hanya memberikan / menyediakan satu pintu saja yakni App Store untuk keperluan pengguna dalam menginstall aplikasi, dan semua aplikasi yang masuk kedalam App Store itu pun ditinjau lebih dulu sebelum diperbolehkan edar.
Perangkat iPhone yang berbasis iOS ini memang tidak memberikan izin pengguna memasang aplikasi dari sumber selain dari App Store. Nah dengan mencegah terjadinya sideloading seperti yang terjadi pada HP Android tersebut, maka perusahaan Apple sampai kini sukses menjaga ekosistemnya dari serangan malware yang kebanyakan berasal dari aplikasi yang berasal dari sumber tidak resmi.
Dalam sebuah laporan ditahun 2019 lalu menyebutkan jika Sistem operasi Android ini memiliki kerentanan terhadap malware 50 kali lebih banyak dibandingkan iOS. Namun sebuah laporan dari Nokia menyebutkan, jika angka infeksi dari malware pada HP Android ini telah mengalami penurunan drastic pada tahun 2020 lalu, dari yang awalnya 47,17 persen kini menjadi 26,64 persen saja.
Sementara itu laman TechSpot menyebutkan, jika infeksi malware pada perangkat iPhone ini mengalami peningkatan dari awalnya 0,85 persen menjadi 1,72 persen dalam periode waktu yang sama. Ekosistem dari perusahaan Apple ini sebenarnya tidak sepenuhnya di tutup, hal ini dikarenakan sistem operasi computer miliknya yakni MacOS ini sampai sekarang masih diberi kebebasan untuk menginstall aplikasi bersumber yang tidak berasal dari App Store.
Ketika bersaksi dalam kasus Apple versi Epic pada bulan Mei 2021 lalu, Craig Federighi selaku SVP Software Engineering Apple mengatakan, jika hal tersebut menjadi perangkat computer milik Apple ini menjadi rawan terjangkit malware. Bahkan Federighi menambahkan jika tingkat malware yang ada didalam MacOS ini jauh lebih buruk dibandingkan pada perangkat iOS.